Share It  Berita Terkini, Unik & Menarik

Lika Liku Hidup Seorang Pria, 40 Tahun Jualan Gulali di Jakarta

Inspirasi 5 Months, 11 Hours ago
Adang namanya. Kakek ini tampak semangat memikul gulali dagangannya saat warga tengah mengantre pembagian daging kurban di pelataran Masjid Cut Meutia, Jakarta Pusat, Kamis (29/6/2023) lalu. Di sela meladeni bocah-bocah pelanggannya, Adang menyempatkan diri berbincang dengan Kompas.com.

Adang menceritakan perjalanan mengarungi kerasnya kehidupan Jakarta, sejak menginjakkan kaki di kota ini 40 tahun lalu. "Bapak mah sejak merantau ada 40 tahunan lebih jualan gulali di Jakarta, sebelum ada jembatan layang itu, udah jualan gulali," kata Adang di lokasi.



Adang bahkan lupa sudah berapa tahun usianya saat ini. Ia hanya mengira-ngira, bisa 65 tahun, atau mungkin sudah 70 tahun. "Dulu umur kan enggak ditulis, perkiraan 70 tahun kurang lah, 65 tahun. Orangtua zaman dulu kan enggak ditulis tanggal lahirnya, cuma sekarang badan sudah lemas (untuk) jalan," kata dia sambil tertawa kecil.


Sumber foto: kompas.com

Tangan renta itu masih lincah memelintir adonan gulali, hingga menyerupai bentuk-bentuk unik. Ada kupu-kupu, terompet, empeng, ayam, hingga harimau pun bisa dia buat. Keterampilan ini Adang dapat dari sang ayah, yang dulu juga menjajakan gulali. 

"Ini diajarin dari orangtua bapak, kan bapak dibesarkan tukang gulali di Garut," ujar dia lagi. Sehari-hari Adang harus menempuh jarak berkilometer dengan berjalan kaki dari titik awal di Pasar Mester Jatinegara, untuk menjajakan gulalinya. Terkadang Adang juga harus menghadapi omelan orangtua yang melarang anaknya membeli gulali.

"Namanya orang dagang sama anak-anak, kadang enggak dibolehin jajan gulali sama ibunya. Yah namanya kehidupan," tutur dia. Adapun satu bungkus gulali ini Adang jajakan seharga Rp 5.000. Sehari, kata Adang ia bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 50.000 hingga Rp 100.000.


Sumber foto: rumahmesin.com

Uang inilah yang Adang kirim setiap minggu untuk istri dan keempat anaknya di Garut, Jawa Barat. Sedangkan di sini, Adang harus berbagi tempat dengan 15 orang dalam satu rumah kontrakan. Dia membayar uang sewa Rp 5.000 per hari. "Bapak mah ngontrak di sini, namanya penghasilan enggak nentu. Bayarnya 5.000 sehari asal bisa ngorok aja," Adang bertutur.

Kendati begitu, ia mengaku tetap bersyukur. Sebab, meski tidak bisa membuat anak-anaknya mencicipi bangku kuliah, namun dengan penghasilan tersebut, Adang berhasil menyekolahkan keempat anaknya hingga lulus sekolah menengah kejuruan (SMK).

"Cuma bisa sekolahin doang enggak bisa kuliahin. Alhamdulillah satu lagi yang bontot SMK. Udah pada gede semua, yang dua sudah berkeluarga, yang satu orang sudah beres sekolah tahun kemaren, satu lagi baru mau masuk SMK," ucap Adang.
Tags inspirasi jakarta keras hidup penjual gulali

Baca Juga